Rabu, 02 Januari 2013

Manusia dan Cinta Kasih


Cinta sebuah kalimat sederhana yang memiliki banyak makna. Cinta adalah sebuah anugerah terindah dalam kehidupan setiap insan di dunia ini. Cinta tak memandang bagaimana fisik,darimana ia berasal,maupun materi. Cinta bisa dirasakan oleh siapa saja,kapan saja, dan dimana saja. Cinta itu indah, lembut, takkan pernah menyakiti. Memberi tanpa mengharap balasan. Cinta bersifat Universal. Definisi cinta bermacam-macam, seperti cinta terhadap Tuhan, cinta terhadap orangtua, cinta terhadap keluarga, cinta terhadap lawan jenis, cinta terhadap alam dan masih banyak lagi. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan, dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan. Manusia tanpa cinta kasih tidak akan bisa hidup, bayangkan saja jika di dunia ini manusia tidak memiliki cinta kasih antar sesama pasti dunia akan terasa hampa.tidak ada yang peduli satu sama lain dan menjadi individualisme. Jadi dapat disimpulkan bahwa cinta dan kasih saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia.  Menurut psikolog  Zick Rubin, cinta terdiri atas 3 unsur yakni:
  1. Keterikatan (attachment)
  2. Kepedulian (caring)
  3. Keintiman (intimacy)
 Cinta bersifat abstrak, dapat dialami tapi susah untuk dijelaskan. Manusia sebagai objek/pelakunya. Seiring dengan berkembangnya jaman, perbedaan –perbedaan dalam hal cinta kasih sedikit banyak mengalami perubahan. Dalam dunia psikologi  Seperti hal nya cinta terhadap pasangan/lawan jenis adalah hal biasa kita rasakan, tetapi tentunya ada perbedaan antara cinta kasih jaman sekarang dengan jaman dahulu, seperti di jaman ibu dan ayah kita misalnya.

Contoh Kasus:
 Zaman dahulu, cinta terhadap pasangan biasanya mungkin hanya bisa diungkapkan melalui surat karena dulu teknologi belom secanggih jaman sekarang, karena malu untuk mengatakannya secara langsung. Dan biasanya tidak melalui fase Pendekatan atau yang biasa disebut dengan PDKT. Karena orang jaman dahulu cenderung lebih berfikir ingin langsung berkeluarga/menikah dibandingkan dengan pacaran yang hanya untuk sekedar senang-senang dan main-main. Ini bisa dilihat seperti mungkin ibu-bapak kita yang kebanyakan menikah di usia muda. Hal tersebut dikarenakan agar tidak menjadi fitnah, karena seperti kita ketahui orang tua jaman dahulu lebih ketat dalam menjaga anak perempuannya agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak  diinginkan. Tidak hanya itu, bahkan mungkin gaya pacaran remaja jaman dahulu lebih mirip dengan  ta’aruf. Berbeda dengan gaya berpacaran anak anak remaja jaman sekarang yang mungkin terbilang sangat jauh berbeda dengan di jaman orangtua kita dahulu. Ini terlihat dari pasangan-pasangan muda yang tidak canggung mengumbar kemesraan di depan umum, seperti berpegangan tangan atau saling merangkul satu sama lain. Ini jelas terlihat berbeda dengan jaman dahulu, dimana orang-orang jaman dahulu untuk sekedar berpegangan pun mereka mungkin tidak berani, karena di ajaran agama islam pun berpacaran diharamkan dan termasuk berzinah. Orang tua di jaman dahulu sangat berpegang teguh pada ajaran agama, dan norma moral yang berlaku di masyarakat.

Sedangkan di zaman era globalisasi ini , remaja sangat terpengaruh oleh budaya asing yang dianggap sedang trend dan ada istilah “ga gaul” kalau tidak mengikuti trend tersebut. Contohnya saja mulai dari cara berbicara, dan gaya hidup bebas yang banyak ditiru remaja di Indonesia. Nah gaya hidup bebas inilah yang memicu remaja menjadi cuek akan lingkungan. Mereka tidak sungkan lagi mengumbar kemesraan di depan umum. Akan tetapi tidak jarang orangtua yang menganggap bahwa hal tersebut sudah biasa. Padahal didalam ajaran agama islam, bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrim nya adalah sesuatu yang haram. Gaya pacaran jaman sekarang sangat jauh dari agama. Tidak sedikit dari anak-anak remaja sekarang yang sudah melakukan seks bebas, bahkan ada yang sampai hamil diluar nikah. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi kondisi psikis mereka.  Teknologi internet adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh, karena bisa saja mereka melihat hal-hal negative yang tidak seharusnya mereka lihat.  Mungkin gaya berpacaran dahulu jika diterapkan di zaman sekarang akan sangat terlihat kaku atau bahkan mungkin terkesan cupu. Hal ini bisa kita temui dilingkungan sekitar kita.
Saran:
Sebaiknya orangtua bisa lebih mengawasi dan memperhatikan perilaku anak remaja yang dalam tahap pertumbuhan. Mulai dari dengan siapa mereka bergaul maupun dari teknologi internet dan televisi. Karena internet dan televisi sangat menjadi acuan para remaja dalam  melakukan tindakan-tindakan yang belum bisa terkontrol. Hal ini disebabkan karena remaja masih belum bisa mengontrol emosi dan cenderung berfikir pendek. Mereka tidak memikirkan akibat dari tindakan yang mereka lakukan, karena masih labil dalam mencari jati diri. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, pengetahuan tentang ilmu agama harus orangtua lebih ajarkan secara mendalam. Karena apabila anak sudah mengerti dan paham akan dosa, maka dia akan takut untuk melakukannya. Dan juga pengawasan terhadap apa yang mereka lakukan di dunia maya juga harus diperketat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar