Kamis, 24 April 2014

Tugas Kesehatan Mental



KASUS :

“Bahaya, ternyata perokok di Indonesia paling aktif”

Merdeka.com - Dari data Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2011, perokok di Indonesia ternyata paling aktif. Apabila tidak ada perlindungan dan pencegahan, hal ini dapat mengakibatkan kematian bagi perokok.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, konsumsi rokok di Indonesia secara signifikan disebabkan tingkat pertumbuhan populasi meningkat dan harga rokok murah. "Untuk meningkatkan perlindungan pada masyarakat Indonesia terhadap berbahaya merokok pemerintah mengeluarkan Permenkes No. 28 tahun 2013 perusahaan wajib mencantumkan dari lima gambar bahaya merokok pada bungkus rokok," ujar Tjandra di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu, (2/2).

Untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang bahaya rokok, kata dia, kebiasaan perokok dapat dicegah dengan cara melalui media massa mengenai bahayanya rokok. "Oleh karena itu, melalui media dan iklan-iklan, kita akan kampanyekan bahaya rokok bukan saja dirinya tapi bagi orang lain juga akan terkena dampaknya," katanya.

Sementara itu, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) Prijo Sidipratomo menegaskan, kesehatan sangatlah berharga. Karena itu, sudah waktunya Indonesia harus diingatkan kembali akan bahaya rokok aktif maupun pasif.

"Sudah waktunya kita proaktif mendukung aksi konkret dengan cara melindungi kesehatan kita. Dan membangun kesadaran mereka bahaya merokok, juga memberikan motivasi untuk berhenti rokok," katanya.

Dalam survei GATS, 86 persen orang dewasa perokok aktif dapat menyebabkan penyakit serius. 67,4 Persen laki-laki dan 4,5 persen perempuan, atau rata-rata 36,1 persen orang dewasa di Indonesia tetap mengonsumsi tembakau dengan merokok atau mengonsumsi tanpa asap.



ANALISIS TEORI :
Jika dihubungkan dengan teori psikologi, para perokok ini  mengalami fiksasi pada fase oral. Seperti teori Psikoseksual Sigmund Freud.
Fiksasi adalah suatu mekanisme pertahanan yang terjadi saat energi psikis terhambat pada satu tingkat perkembangan sehingga mentalnya menjadi terkunci karena tidak dapat mengendalikan kecemasannya. Dengan demikian membuat perubahan atau pertumbuhan psikologis menjadi sulit. Atau dengan kata lain fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat sukar dilakukan, sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yang terlalu kuat. Orang memilih tetap berhenti (fiksasi) pada tahap perkembangan tertentu dan menolak untuk bergerak maju, karena merasa puas dan aman di tahap itu.Merupakan perilaku menetap yang dibawa dari kecil hingga perjalanannya menuju dewasa. 
Perilaku tersebut dihasilkan dari kepuasan yang didapatkan semasa kecil. Ketika anak terpuaskan dengan normal maka perkembangannya akan sehat dalam hal ini tidak fiksasi, namun jika terlalu terpuaskan atau bahkan tidak terpuaskan maka perkembangannya akan tidak sehat dan terjadi fiksasi. Maksud dari terpuaskan disini adalah setiap perkembangan mempunyai titik untuk dipuaskan contohnya mulut pada masa oral. Bayi membutuhkan sesuatu untuk dihisap, atau digigit untuk memenuhi kepuasan mulutnya. Fiksasi banyak terjadi akibat dari pengetahuan yang kurang masalah perkembangan.
Pertumbuhan seseorang yang mengalami fiksasi akan memiliki mental blocks atau penguncian mental yang menyebabkan orang tersebut terjebak dalam mental yang terdahulu (tidak ada perkembangan). Hal ini terjadi karena orang tersebut tidak memiliki katarsis (saluran pelepasan emosi) yang tepat. Seperti pada kasus perokok, rata-rata orang yang kecanduan terhadap rokok/menjadi perokok aktif mengatakan bahwa rokok bisa menjadi sarana pembantu untuk mengurangi stress, dan emosi-emosi negative (marah, sedih, kesepian).







SUMBER :
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/01/26/perilaku-fiksasi-regresi-ilmu-psikologi-522944.html