KONSEP LOGOTERAPI
Logoterapi
berasal dari kata "logos" yang dalam bahasa Yunani berarti
makna (meaning) dan juga rohani (spirituality), sedangkan terapi
adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi secara umum dapat digambarkan
sevagai corak psikolog / psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada
manusia di samping dimensi ragawi daN kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna
hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the
meaningful life) yang didambakannya.
Ada tiga
asas utama logoterapi yag menjadi inti dari terapi ini, yaitu :
- Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup.
- Setiap manusia memiliki kebebasan - yang hampir tidak terbatas - untuk menentukan sendiri makna hidupnya. dari sini kita dapat memilih makna setiap peristiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu makna positid ataupun makna yang negatif. Makna positif ini lah yang dimaksud denga hidup bermakna.
- Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap peristiwa tragis yang tidak dapat dielekkan lagi yang menimpa dirinya sendiri dan lingkungan sekitar.
Ajaran logoterapi
Ketiga asas
itu tercakup dalam ajaran logoterapi mengenai eksistensi manusia dan makna
hidup sebagai berikut
- Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu mempunyai makna.
- Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
- Dalam batas-batas tertent manusia memiliki kebebasan dan tangg7ung jawab pribadi untuk memilih, menentukan dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya.
- Hidup bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan kedalam tiga nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (eksperiental values) dan nilai-nilai versikap (attitudinal values).
UNSUR-UNSUR TERAPI
1.
Munculnya
Gangguan
Logoterapi ini biasanya dilakukan
untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), karena
biasanya orang yang stres akibat trauma cenderung menyalahkan dirisendiri
bahkan bisa ke resiko mencederai diri dan orang lain.
2.
Tujuan Terapi
Tujuan dari logoterapi adalah agar
setiap pribadi:
a. memahami adanya potensi dan
sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari
ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
b. menyadari bahwa sumber-sumber dan
potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan.
c. memanfaatkan daya-daya tersebut
untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi
berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas
hidup yang lebih bermakna
3. Peran Terapis
Peranan dan Kegiatan Terapis
Menurut Semiun (2006) terdapat
beberapa peranan dan kegiatan terapis dapat dikemukakan secara singkat di bawah
ini.
1. Menjaga hubungan yang akrab dan
pemisahan ilmiah.
Terapis pertama-tama harus
menciptakan hubungan antara klien dengan mencari keseimbangan antara dua
ekstrem, yakni hubungan yang akrab (seperti simpati) dan pemisahan secara
ilmiah (menangani klien sejauh ia melibatkan diri dalam teknik terapi).
2. Mengendalikan filsafat pribadi
Maksudnya adalah terapis tidak boleh
memindahkan filsafat pribadi pada klien, karena logotherapy digunakan untuk
menangani masalah-masalah yang menyangkut nilai-nilai dan masalah spiritual,
seperti aspirasi terhadap hidup yang bermakna, makna cinta, makna penderitaan,
dan sebagainya.
3. Terapis bukan guru atau
pengkhotbah
Terapis adalah seorang spesialis
mata dalam pengertian bahwa ia memberi kemungkinan kepada klien untuk melihat
dunia sebagaimana adanya, dan bukan seorang pelukis yang menyajikan dunia
sebagaimana ia sendiri melihatnya.
4. Memberi makna lagi pada hidup
Salah satu tujuan logotherapy adalah
menemukan tujuan dan maksud keberadaannya. Kepada klien bahwa setiap kehidupan
memiliki potensi-potensi yang unik dan tugas utamanya adalah menemukan
potensi-potensi itu. Pemenuhan tugas ini memberi makna pada kepada hidupnya.
5. Memberi makna lagi pada
penderitaan
Di sini, terapis harus menekan bahwa
hidup manusia dapat dipenuhi tidak hanya dengan menciptakan sesuatu atau
memperoleh sesuatu, tetapi juga dengan menderita. Manusia akan mengalami
kebosanan dan apati jika ia tidak mengalami kesulitan atau penderitaan.
6. Menekankan makna kerja
Tugas terapis adalah memperlihatkan
makan pada pekerjaan itu sehingga nilai-nilai yang dimiliki oleh orang-orang
yang bekerja berubah. Tanggunga jawab terhadap hidup dipikul oleh setiap orang
dengan menjawab kepada situasi-situasi yang ada. Ini dilakukan bukan dengan
perkataan, melainkan dengan tindakan. Kesadaran akan tanggung jawab timbul dari
kesadaran akan tugas pribadi yang konkret dan unik.
7. Menekankan makna cinta
Tugas terapis adalah menuntut klien
untuk mencintai dalam tingkat spiritual atau tidak mengacaukan cinta seksual
dengan cinta spiritual yang menghidupi pengalaman orang lain dalam semua
keunikan dan keistimewaannya.
TEKNIK-TEKNIK
LOGOTERAPI
o
Intensi
Paradoksikal
Teknik intensi paradoksikal
merupakan teknik yang dikembangkan Frankl berdasarkan kasus kecemasan
antispatori, yaitu kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi individu atas
suatu situasi atau gejala yang ditakutinya. Intensi paradoksikal adalah
keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
o
Derefleksi
Derefleksi merupakan teknik yang
mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada suatu hal di luar
individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi
diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu diusahakan untuk
membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak nyaman untuk
kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat.
Dengan berusaha mengabaikan keluahannya, kemudian mengalihkannya pada hal-hal
yang bermanfaat, gejala, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat,
gejala hyper intention akan menghilang (Bastaman, 1995).
o
Bimbingan
Rohani
Bimbingan rohani adalah metode yang
khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada
penderitaan yang tidak dapat terhindarkan atau dalam suatu keadaan yang tidak
dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode
ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan
sikap positif terhadap penderitaanya dalam rangka menemukan makna di balik
penderitaan tersebut.
SUMBER:
Bastaman,
Djumhana, dkk. (1995). Integrasi Psikologi dengan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Semiun,
Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar